Alkisah ada seseorang bernama Abdul mengeluh kepada Pak Kyai, orang yang dianggap bijaksana di kampungnya. Ia mengeluh karena rumahnya yang sangat sempit. Ia bersama keluarganya tidak nyaman tinggal dirumahnya.
Kemudian Pak Kyai itu bertanya, "Baiklah, insya Allah saya bisa mengatasi permasalahan kamu, akan tetapi ada dua syaratnya, yang pertama ikuti segala perintah saya, yang kedua jangan bertanya dan protes terhadap apa yang saya perintahkan. Bagaimana sepakat?" Sejenak Abdul berfikir, "hmm.....baiklah Pak Kyai, saya sepakat!. Apa perintah Pak Kyai?"
Kemudian Pak Kyai kebelakang mengambil seekor bebek peliharaannya, "nih, pelihara bebek ini di rumahmu!" perintahnya. "Pak Kyai bercanda ya? Rumah saya kan sempit, kok malah ditambah memelihara bebek sih?" protes Abdul. "Lupa ya syarat kedua perjanjian kita? Jangan tanya dan protes! Lakukan! Datanglah 3 hari lagi kemari!" tegas Pak Kyai. Dengan berat hati Abdul pun menjalankan perintah Pak Kyai.
Tiga hari kemudian Abdul datang ke rumah Pak Kyai, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai. "Sudah jelas, semakin terasa sempit." keluh Abdul. "Baiklah, sekarang perintah kedua, pelihara kambing ini juga dirumahmu" perintah Pak Kyai sambil membawa kambing peliharaannya.. "Tapi Pak Kyai........?", "Jangan tanya dan protes, lakukan saja! Datang kemari lagi setelah 3 hari" Pak Kyai mengingatkan. Abdulpun kembali dengan membawa seekor kambing, dia menyesal karena melakukan kesepakatan dengan Pak Kyai.
Tiga hari kemudian, Abdul datang kerumah Pak Kyai. "Bagaimana?", dengan wajah cemberut Abdul berkata, "Pak Kyai menyiksaku ya? Keluargaku jadi tidak betah dirumah!". "Sabar Abdul, Baiklah bawa kemari lagi bebek dan kambingku! Kemudian datang kemari lagi setelah tiga hari."
Tiga hari kemudian, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai, "Sekarang jadi tenang dan nyaman Pak Kyai, seolah-olah rumah saya jadi luas karena tidak ada gangguan bebek dan kambing.".
"Begitulah Abdul, saya menilai rumahmu itu sudah cukup luas, akan tetapi pandangan dan hatimu sungguhlah sempit. Hari ini kamu merasa rumahmu begitu luas, karena engkau merasakan bagaimana kondisi ketika rumahmu lebih sempit. Lihatlah tetangga-tetangga kita yang memiliki rumah yang jauh lebih sempit dari rumahmu. Dan cobalah bayangkan ketika kita dalam kondisi seperti mereka. Maka akan timbul rasa syukur dalam hatimu. Dan sebaliknya ketika engkau melihat tetangga kita yang rumahnya lebih luas daripada rumahmu, maka akan timbul rasa sempit dalam hatimu. Jadi, semua tergantung pada cara pandang kita. Maka, ubahlah segala pandanganmu menjadi pandangan syukur, maka rumah, dan hatimu akan terasa luas, Insya Allah."
~~~
Sahabatku, saya jadi teringat ceramahnya Ustadz Zaenudin,MZ. Beliau bercerita (maaf agak di modifikasi), ada seorang pemuda yang sedang menggayuh sepeda tua berkata dalam hati "Alhamdulillah, walaupun saya tidak memiliki sepeda motor, saya masih memiliki sepeda ini, sedang tetangga saya masih berjalan kaki.",
Dilain tempat, tetangga yang berjalan kaki dalam hatinya berkata, "Alhamdulillah, saya masih bisa berjalan kaki, sedang tetangga saya tidak memiliki kaki karena kecelakaan, jadi harus memakai kursi roda."
Dilain tempat, tetangga yang menggunakan kursi roda berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa berjalan walau menggunakan kursi roda, sedang tetangga saya, hanya bisa berbaring di tempat tidur karena lumpuh."
Dilain tempat, tetangga yang lumpuh berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa beribadah dan bertobat, sedang tetangga saya mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, Na'udzubillahimindzalik...."
Yakinlah sahabatku, ketika kita memandang segalanya dengan pandangan syukur, hidup ini akan terasa lebih nikmat dan indah.
Kemudian Pak Kyai itu bertanya, "Baiklah, insya Allah saya bisa mengatasi permasalahan kamu, akan tetapi ada dua syaratnya, yang pertama ikuti segala perintah saya, yang kedua jangan bertanya dan protes terhadap apa yang saya perintahkan. Bagaimana sepakat?" Sejenak Abdul berfikir, "hmm.....baiklah Pak Kyai, saya sepakat!. Apa perintah Pak Kyai?"
Kemudian Pak Kyai kebelakang mengambil seekor bebek peliharaannya, "nih, pelihara bebek ini di rumahmu!" perintahnya. "Pak Kyai bercanda ya? Rumah saya kan sempit, kok malah ditambah memelihara bebek sih?" protes Abdul. "Lupa ya syarat kedua perjanjian kita? Jangan tanya dan protes! Lakukan! Datanglah 3 hari lagi kemari!" tegas Pak Kyai. Dengan berat hati Abdul pun menjalankan perintah Pak Kyai.
Tiga hari kemudian Abdul datang ke rumah Pak Kyai, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai. "Sudah jelas, semakin terasa sempit." keluh Abdul. "Baiklah, sekarang perintah kedua, pelihara kambing ini juga dirumahmu" perintah Pak Kyai sambil membawa kambing peliharaannya.. "Tapi Pak Kyai........?", "Jangan tanya dan protes, lakukan saja! Datang kemari lagi setelah 3 hari" Pak Kyai mengingatkan. Abdulpun kembali dengan membawa seekor kambing, dia menyesal karena melakukan kesepakatan dengan Pak Kyai.
Tiga hari kemudian, Abdul datang kerumah Pak Kyai. "Bagaimana?", dengan wajah cemberut Abdul berkata, "Pak Kyai menyiksaku ya? Keluargaku jadi tidak betah dirumah!". "Sabar Abdul, Baiklah bawa kemari lagi bebek dan kambingku! Kemudian datang kemari lagi setelah tiga hari."
Tiga hari kemudian, "Bagaimana Abdul?" tanya Pak Kyai, "Sekarang jadi tenang dan nyaman Pak Kyai, seolah-olah rumah saya jadi luas karena tidak ada gangguan bebek dan kambing.".
"Begitulah Abdul, saya menilai rumahmu itu sudah cukup luas, akan tetapi pandangan dan hatimu sungguhlah sempit. Hari ini kamu merasa rumahmu begitu luas, karena engkau merasakan bagaimana kondisi ketika rumahmu lebih sempit. Lihatlah tetangga-tetangga kita yang memiliki rumah yang jauh lebih sempit dari rumahmu. Dan cobalah bayangkan ketika kita dalam kondisi seperti mereka. Maka akan timbul rasa syukur dalam hatimu. Dan sebaliknya ketika engkau melihat tetangga kita yang rumahnya lebih luas daripada rumahmu, maka akan timbul rasa sempit dalam hatimu. Jadi, semua tergantung pada cara pandang kita. Maka, ubahlah segala pandanganmu menjadi pandangan syukur, maka rumah, dan hatimu akan terasa luas, Insya Allah."
~~~
Sahabatku, saya jadi teringat ceramahnya Ustadz Zaenudin,MZ. Beliau bercerita (maaf agak di modifikasi), ada seorang pemuda yang sedang menggayuh sepeda tua berkata dalam hati "Alhamdulillah, walaupun saya tidak memiliki sepeda motor, saya masih memiliki sepeda ini, sedang tetangga saya masih berjalan kaki.",
Dilain tempat, tetangga yang berjalan kaki dalam hatinya berkata, "Alhamdulillah, saya masih bisa berjalan kaki, sedang tetangga saya tidak memiliki kaki karena kecelakaan, jadi harus memakai kursi roda."
Dilain tempat, tetangga yang menggunakan kursi roda berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa berjalan walau menggunakan kursi roda, sedang tetangga saya, hanya bisa berbaring di tempat tidur karena lumpuh."
Dilain tempat, tetangga yang lumpuh berkata dalam hati, "Alhamdulillah saya masih bisa beribadah dan bertobat, sedang tetangga saya mati dalam keadaan bermaksiat kepada Allah, Na'udzubillahimindzalik...."
Yakinlah sahabatku, ketika kita memandang segalanya dengan pandangan syukur, hidup ini akan terasa lebih nikmat dan indah.
0 komentar:
Posting Komentar